Jokowi & Ma’ruf Amin Saling Melengkapi, Nanang Qosim akan Deklarasikan JOMIN

Politik155 Dilihat

Jakarta – Joko Widodo (Jokowi) dan Partai pendukung resmi mengumumkan calon Wakil Presiden (Cawapres) untuk Pilpres 2019 adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Dr Kyai Haji Ma’ruf Amin.

Nama Kyai Ma’ruf disampaikan Jokowi dan Partai pendukung dalam jumpa pers bersama di Restoran Plataran, Jalan Hos Tjokroaminoto, Menteng Jakarta Pusat, Kamis (9/8/2018) sore.

Alasan Jokowi memilih Kyai Ma’ruf Amin sebagai Cawapres di Pilpres 2019 adalah saling melengkapi.

Kyai Ma’ruf Amin memiliki pengalaman yang panjang di jabatan publik.

Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin adalah seorang ulama besar, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan juga Rais ‘Aam PBNU. Selain sebagai Ulama besar, ia sekaligus politisi di Indonesia yang sangat berpengaruh. Beliau mengemban jabatan anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 2007 hingga 2010. Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin yang merupakan kelahiran 1 Agustus 1943 Tangerang, Djawa Barat, adalah sosok ulama yang sangat santun dan dermawan.

Pada ranah pendidikan Prof. Dr. KH. Ma`ruf Amin tidak diragukan, dirinya menempuh pendidikan di masa kecilnya, Ma`ruf jalani di Desa Kresek, Tangerang. Pagi Sekolah di SD, sorenya mengaji ke Madrasah Ibtidaiah (MI). Semasa pendidikan dasar, Ma`ruf juga sempat mondok selama enam bulan di Pesantren Citangkil, Silegon, Banten.

Pesantren yang didirikan oleh KH. Syam`un Alwiah (1894-1949) menjadi Pesantren generasi pertama yang alumnusnya banyak melanjutkan pendidikan ke Al-Azhar, Mesir. Salah-satunya adalah Prof. Dr. KH. Wahab Afif mantan Ketua MUI Banten 2001-2011 sekaligus mantan Dekan Fakultas Syariah IAIN Banten 1979-1985. Saat berusia 12 tahun (1955), selepas pendidikan dasar dari Pesantren Citangkil, Ma`ruf merantau ke Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.

Kecenderungan anak muda di kampung Ma`ruf memang melanjutkan belajar ke Pesantren di Jawa Timur. Sebagian besar ke Tebu Ireng, sebagiannya lagi ke Pondok Modern Daarussalam, Gontor. Kiyai amin (sang ayah) melarang putranya nyantri ke Gontor, kiyai amin lebih cocok dengan pesantren salafiah semacam Tebu Ireng. Alasan utamanya adalah bahwa KH. Hasim As`ari (salah satu pendidri NU) adalah murid Syiekh Nawawi Al-Bantani, ulama terkemuka asal Banten, yang menghabiskan banyak waktu mengajar di Makkah.

Prof. Dr. KH. Ma`ruf Amin, masih memiliki kaitan kekerabatan dengan Syeikh Nawawi Al-Bantani. Bukan keturunan langsung, saudara Syeikh Nawawi punya keturunan yang bersilsilah sampai kepada KH. Ma`ruf Amin. Kelak pada tahun 2001, KH. Ma`ruf Amin mendirikan Pesantren untuk melanjutkan perjuangan Syeikh Nawawi Al-Bantani. Namanya Pesantren An-Nawawi, berlokasi di Desa Tanara, Tirtayasa, Serang, Banten. Di Tebu Ireng, Ma`ruf kecil memulai pendidikan dari jenjang dasar, Madrasah Ibtidaiyah, pada kelas akhir, salah satu kesan pertama saat mondok adalah ketika Ma`ruf yang bertubuh kecil harus memanggul Kitab Iqna` yang tebal. Ma`ruf kecil mulai nyantri di Jombang tepat pada tahun politik, menjelang Pemilu pertama, 29 September 1955. Meski jombang menjadi sentra para tokoh politik pendiri NU, Maruf merasa tidak mendapat indoktrinasi poilitik tertentu. Saat itu, Tebu Ireng dibawah pengasuh KH. Abdul Kholiq Hasyim (1916-1965), putra keenam KH. Hasyim As`ari. Kiyai Kholik melarang aktivitas politik di Pesantren. Pondok hanya untuk ibadah dan mengaji. Sepulang Dari Tebu Ireng, Ma`ruf Amin pernah masuk SMA Muhamadiyyah di Jakarta. Ia ingin belajar pengetahuan umum. Tapi akhirnya tidak diselesaikan. Ia kemudian mondok lagi ke beberapa pesantren di Banten. Dalam waktu singkat-singkat. Antara lain, Pesantren Caringin, Labuan, Pesantren Petir, Serang, dan Pesantren Pelamunan, Serang.

Nampaknya Prof. Dr. KH. Ma`ruf Amin tidak hanya kiprahnya mapan pada dunia pendidikan, namun kiprah pergerakan KH. Ma`ruf Amin paling nyata adalah pada pemilu 1971, itu menjadi momentum pertama yang menghantarkan KH. Ma`ruf Amin menjadi Anggota DPRD DKI Jakarta, pada usia 28 Tahun.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya Tahun 1989, Mukhtamar NU di Pesantren Krapyak, menjadi babak baru aktifitas KH. Ma`ruf Amin dilingkungan elit Kepengurusan PBNU. KH. Ma`ruf Amin dipercaya menjadi Khatib Aam Syuriah PBNU, mendampingi Rais Aam Syuriah KH. Ahmad Siddik dan Wakil Rais Aan KH. Ali Yafie. Untuk tingkat Tanfidziyah, KH. Abdurraman Wahid (Gusdur) terpilih kembali untuk periode kedua.

Pada tanggal 3 Juni 1998, ketika gelora reformasi bergemuruh, rapat harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU memutuskan membentuk Tim Lima yang diketuai KH. Ma`ruf Amin. Anggotanya KH. M. Dawam Anwar (Khatib Aam PBNU), KH. Dr. Said Aqil Siradj, M. Rozy Munir, dan Ahmad Bagja (Sekjen PBNU). Dari Tim Limalah cikal bakal kelahiran Partai Kebangkitan bangsa itu hadir.

Pasca Gusdur jatuh, aktivitas KH. Ma`ruf Amin cendrung menurun, dan karenanya lebih banyak makan waktu di Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Sejak tahun 2000, beliau ini menjadi Ketua Komisi Fatwa MUI, pasca mukhtamar PKB Surabaya (2001) KH. Ma`ruf Amin tidak lagi menjadi Dewan Syuro PKB karena digantikan Gusdur. Selain itu, ayah dari Hj. Siti Haniatunnisa, LLB ini tidak lagi menjadi Ketua Komisi VII DPR-RI yang membidangi agama. Rentang waktu yang cukup panjang (2001-2007) KH. Maruf Amin menghidmatkan dirinya di MUI Pusat, sebagai Ketua Komisi Fatwa dan DSN.

Selanjutnya tahun 2007 KH. Ma`ruf Amin dipercaya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) unsur Ulama. Sejarah panjang di Watimpres dan pada Muhktamar NU ke 33 di Jombang menghantarkan Putra Banten ini menjadi pemipin tertinggi (Rois Aan) PBNU periode 2015-2020. Bersamaan dengan itu, Kiyai yang sangat menyayangi putra-putrinya ini, pula dipercaya para Ulama Indonesia untuk Memimpin MUI Pusat untuk lima tahun kedepan.

Dari jejak hayatnya Prof. Dr. KH. Ma`ruf Amin tersebut, Presidium Jaringan Nasional Jokowi – Amien (JOMIN) Nanang Qosim mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo sudah memilih jalan ijtihad yang tepat untuk kontestlasi politik 2019 mendatang demi kepentingan agama, bangsa dan negara.

“Prof. Dr. KH. Ma`ruf Amin merupakan sosok yang tepat untuk menggandeng Joko Widodo pada pilpres 2019,” tegas Nanang Qosim, hari ini.

Terlebih lagi, kata Nanang, Prof. Dr. KH. Ma`ruf Amin terdapat dalam dirinya melekat dua deminsi yang begitu luar biasa, seperti dimensi keulamaan dan keummarahannya. Untuk itu, Nanang secara pribadi akan mendukung dan mendeklarasikan Ir. Joko Widodo-Ma’ruf Amin (JOMIN) sebagai capres-cawapres 2019-2024.

“Bismillah, saya Nanang Qosim akan mendeklarasikan diri dukung Jokowi – Ma’ruf Amin (Jomin) sebagai pasangan Capres 2019 – 2024,” ungkap Nanang.

“Jika dilihat justru bapak Jokowi lah yang menjalankan ijtima’ ulama ketimbang Prabowo,” pungkasnya.