Pengajian Kebangsaan, Bandung Tolak Politisasi Masjid Berbungkus Sholat Subuh Berjamaah

News154 Dilihat

Bandung – Fenomena mimbar masjid yang kerap digunakan untuk penyebaran agitasi politik, provokasi menebar kebencian bahkan adu domba kini menjadi perhatian publik.

Memasuki tahun politik yang sudah didepan mata, sudah menjadi tren dengan menyeret masjid masuk ke kanca politik.

Ketua Forum Silaturahmi Bangsa (FSB) Jabar Muhidin pun menyindir gerakan terselubung tersebut. Dia menyebutkan sudah menjadi tren kepentingan politik masuk masjid dengan bungkus sholat shubuh berjamaah.

“Kita menolak politik praktis masuk masjid dengan bungkus apapun. Misalnya sholat subuh berjamaah tapi ujung-ujung dipakai untuk mengajak pilih si A atau si B. Sholat shubuh ya sholat shubuh aja jangan dicampur-campur dengan politik yang nantinya bisa memecah belah umat,” ungkap Muhidin.

Hal itu mengemuka dalam Pengajian Kebangsaan “Fungsi Masjid sesuai Syariat Islam” yang diinisiasi Forum Silaturahmi Bangsa (FSB) di Masjid Sabilus Salam Jl KBR 117 Kota Bandung, Senin (26/2/2018).

Turut hadir juga para penceramah diantaranya Aswaja Center Jawa Barat KH. A. Dasuki, dan PP Al Afifiyah / MUI Kota Bandung KH Wahyulafif Al Ghofiqi.

Menurut dia, kesucian masjid perlu dijaga dan mempersilahkan politik kekuasaan partisan dilakukan di tempat lain jangan di Masjid. Dengan demikian, kata dia, masjid tetap menjadi rumah Allah yang sejuk, damai dan membawa berkah.

“Kita tidak ingin fungsi masjid disalahgunakan. Jangan bawa-bawa masjid masuk ke politik. Jelang Pilkada serentak ini sudah jadi tren nya,” katanya.

Lebih lanjut, Muhidin menegaskan pihaknya akan terus berupaya menjaga kebersamaan agar bangsa tetap utuh dan tidak ada perpecahan.

“Alhamdulillah bully dan hoax sudah menurun,” ucapnya.

Disela-sela acara juga di gelar Deklarasi DKM se Kotamadya Bandung dengan menyampaikan beberapa poin diantaranya pertama. menolak politisasi masjid. Kedua, menolak segala bentuk ujaran kebencian. Ketiga, menguatkan masjid sebagai tempat untuk menyampaikan pesan-pesan toleransi. Berikutnya, menolak segala bentuk ceramah provokatif untuk kepentingan politik kelompok tertentu. Juga melarang segala bentuk ajaran radikalisme dan intoleransi. Terakhir, meminta masyarakat untuk turut menjaga masjid sebagai tempat beribadah dan menyampaikan ajaran-ajaran islam rahmatan lil alamin.

Sementara itu, KH. A. Dasuki berpesan kepada ratusan jamaah yang hadir agar berperan aktif mengembalikan fungsi Masjid sesuai syariat Islam.

“Jangan terjebak pada kehidupan keduniawian. Ketika sudah sifatnya praktis maka harus dijauhi. Mari datangkan kemaslahatan dan jauhi kerusakan,” kata KH. A Dasuki.

Dia justru berharap agar Masjid bisa berfungsi sebagai perekat bukan tempat gerakan propaganda adu domba.

“Jadikan masjid sebagai gerakan sentral sosial untuk umat dan beri nilai lebih bagi masyarakat sekitarnya. Masjid jangan sampaikan ceramah yang provokasi, adu domba dan memecah belah. Tapi harusnya berdayakan umat,” sebutnya.

Ditempat yang sama, KH Wahyulafif Al Ghofiqi lebih menekankan agar umat muslim semakin sadar terhadap lingkungan sekitar daripada menengok jauh ke ranah politik praktis.

“Pendusta agama itu adalah orang yang kurang memerhatikan anak yatim dan orang miskin. Sebaiknya ramaikan masjid dengan hal-hal positif. Jangan dijadikan sebagai tempat untuk menebar kebencian, fitnah-fitnah maupun hoax. Waspadai virus hoax merajalela,” pungkasnya.