Aksi #2019GantiPresiden Agar Rusuh Layaknya 1998, Dugaan HTI Dibelakang Layar Makin Kuat

News196 Dilihat

Jakarta – Inisiator Center of Indonesian Election (CIE) Abdullah Kelrey menuding tujuan kelompok #2019GantiPresiden yang kini kian menantang meskipun ditolak di berbagai daerah hanya satu yakni kerusuhan. Menurut Rey sapaan akrabnya itu, hal itu dipertontonkan saat mereka melakukan segala cara agar terjadi kerusuhan di Surabaya dan setelah dilakukan analisis secara random, bahwa massa ganti Presiden ini merupakan anggota ormas terlarang, HTI.

 

“Rusuh adalah tujuan utamanya mereka, di Surabaya, dan Pekanbaru menjadi bukti nyatanya. Kedok mereka pun terbongkar siapa dibelakang layar dari massa #2019GantiPresiden diduga adalah HTI,” tegas Rey, Selasa (28/8/2018).

 

Lebih lanjut, Rey juga menjelaskan ada grand desain dibalik skenari yang tujuannya tidak hanya soal Jokowi atau Prabowo, namun ada skenario dan upaya kerusuhan yang ingin diulang seperti kejadian tahun 1998. Massa HTI yang sudah resmi dibubarkan oleh pemerintah sedang menunggu momentum ini, agar mereka bisa mengubah sistem demokrasi di Indonesia menjadi khilafah.

 

“Jika kerusuhan bisa sebesar tahun 98, maka ganti rezim dan ganti sistem demokrasi itu sangat mungkin terjadi. Sehingga HTI bisa meraih cita-citanya menegakkan khilafah di Indonesia,” tuturnya.

 

Bagi kelompok HTI, kata Rey, tidak ada urusan dengan Jokowi ataupun Prabowo. Namun, mereka punya agenda tersendiri untuk menciptakan kerusuhan melalui gerakan #2019GantiPresiden. Hanya saja kebetulan saat ini Jokowi yang jadi Presiden, sehingga gerakan tersebut seolah menyerang Jokowi dan menguntungkan Prabowo. Padahal kenyataannya tidak seperti itu.

 

“Sekali lagi, agenda mereka hanya satu; khilafah. Dan itu hanya bisa dilakukan jika Indonesia dalam keadaan ricuh, sehingga mereka bisa memperjuangkan pergantian sistem demokrasi. Orang-orang HTI saat ini, sel tidur mereka sudah menempati posisi elit, mereka siap bergerak jika kerusuhan terjadi,” bebernya.

 

Maka jangan heran, tambah dia, jika hingga saat ini mereka terus melakukan deklarasi-deklarasi di beberapa tempat. Karena mereka memang punya agenda sendiri, bukan untuk mendukung Prabowo. #2019GantiPresiden akan terus memprovokasi dan mencari masalah, harapan dan tujuannya hanya satu, terjadi kerusuhan. Jika satu kota berhasil diprovokasi, maka itu akan diulangi lagi nanti jelang Pilpres.

 

“Tapi jika satu kota gagal diprovokasi dan adem-ayem saja, mereka akan coba cara dan pola yang lain untuk menimbulkan kerusuhan. Sampai berhasil. Mereka sadar betul bahwa setiap kota memiliki karakter masyarakat yang berbeda, inilah kenapa mereka pelajari dan terus mencoba aneka pola untuk menciptakan kerusuhan. Makanya bisa terbaca kenapa mereka tidak #2019PrabowoSandi saja dan lebih memilih #2019GantiPresiden, padahal capres cawapres sebelah sudah kelihatan,” bebernya.

 

Dia pun membeberkan jika massa HTI sangat mudah sekali untuk digerakkan karena mereka memiliki sel-sel di berbagai kota bahkan logistik mereka juga luar biasa besar, karena mereka memang jaringan internasional, kurang lebih sama seperti kelompok teroris.

 

“Tapi kenapa Prabowo atau PKS tidak menghentikan pergerakan ini? mengingat ini sudah mengancam Pancasila dan demokrasi? Malah Mardani Ali Sera dengan senyum sempurna membuat video bersama elite HTI dan mengatakan “2019 ganti Presiden, ganti sistem, Allahuakbar,” secara bergantian,” jelasnya.

 

Terlebih, tambah Rey, jika melihat karakter PKS, partai ini sama sekali tidak punya ideologi Pancasila. Inilah mengapa mereka konsisten menolak asas tungal Pancasila. Mengaku partai Islam tapi bukan NU dan bukan Muhammadiyah. Mengaku partai politik, tapi tidak bisa menciptakan kader unggul.

 

“Sehingga kalau kader PKS memenangkan Pilkada, maka bisa dipastikan wilayah tersebut akan semakin memburuk. Contohnya Jabar dan Sumut,” terang dia.

Rey melanjutkan bahwa secara politik, PKS tak memiliki pendirian seperti 9 nama dan kader terbaik PKS diumumkan serta diperjuangkan untuk menjadi Capres malah kemudian berubah dan menurunkan standarnya menjadi Cawapres pendamping Prabowo. Dan akhirnya mereka tidak mendapat posisi apa-apa.

 

“Kenapa bisa begitu? Tanyakan saja kepada uang 500 miliar berkardus-kardus yang hingga kini masih terus menguap ke permukaan,” sebutnya.

 

Lemahnya ideologi partai, tambah Rey, lemahnya pendirian dan sikap, membuat PKS seperti partai yang mudah dibelokkan ke kanan dan ke kiri. Sementara itu, kata dia, bagi lawan-lawan Jokowi, mereka tak memikirkan soal ancaman serius HTI terhadap bangsa ini. Yang penting hastag tersebut menguntungkan mereka dan menyerang Jokowi.

 

“Yang penting mereka berkuasa dulu, dan salah satu caranya adalah menggaet suara massa HTI. Peduli apa soal ideologi, sistem dan kerusuhan? Yang penting berkuasa dulu,” tambah dia.

 

Maka itu, lanjut Rey, jangan heran kalau PAN, PKS dan Gerindra beberapa waktu lalu mendukung HTI mengajukan banding. Sebab secara hitung-hitungan politik, massa HTI ini lumayan besar padahal bagi ormas terlarang HTI, kalaupun Prabowo yang menang, mereka akan tetap mengupayakan rusuh. Karena target mereka bukan mengganti Presiden Jokowi, tapi mengganti sistem demokrasi di Indonesia.

 

“Melihat peta politik dan sosial yang ada sekarang ini, maka tugas kita sebagai masyarakat Indonesia adalah menjaga negeri ini agar tetap kuat, menolak segala aksi #2019GantiPresiden. Selain itu, kita juga harus paham bahwa partai-partai yang dengan sengaja bermain api, menawar-nawar ideologi Pancasila hanya untuk memenuhi hasrat kebelet Presiden, sudah selayaknya kita tenggelamkan. Lebih keras lagi, saya ingin katakan begini, anda boleh memilih partai apapun, asal bukan PKS, karena mereka sudah terang-terangan bersama HTI, menyerukan ganti sistem,” pungkasnya.