Benny Susetyo : Atasi Ketakutan dengan Politik Ilahi

News274 Dilihat

Jakarta – Antonius Benny Susetyo yang kerap disapa Romo Benny menyoroti fenomena dugaan pencucian uang sebesar 300 T oleh pejabat pegawai pajak dan bea cukai yang di informasikan oleh Prof. Mahfud MD akhir-akhir ini.

Romo Benny mengatakan bahwa pernyataan Prof. Mahfud MD mengenai dugaan pencucian uang tersebut telah menimbulkan pro dan kontra tentang boleh tidaknya seorang pejabat publik mengungkapkan fakta dari analisa transaksi keuangan.

Bagi Romo, penyataan Prof. Mahfud MD tentang “jika tidak ada penyelewengan pajak, maka setiap orang di Indonesia bisa menikmati subsidi sekitar 20 juta per bulan” tersebut dikatakan Romo Benny membuat publik terkejut. Namun Ia menyatakan sejauh mana data-data dari transaksi keuangan boleh di ungkapkan di publik tanpa menyebut nama dan oknum, yang terpenting adalah sebuah fakta laporan-laporan dari transaksi keuangan harusnya di tindaklanjuti, karena objek pencucian uang merugiakan negara.

“Tapi masalah ini sebenarnya adalah persoalan relasi kuasa. Relasi kuasa dimana Walter Benjamin menegaskan antara kuasa ilahi dan kuasa manusiawi, ketika politik hanya dimensi manusiawi, maka kerap kali politik itu terjebak pada regulasi, terjebak pada apakah ini boleh diungkap atau tidak. Maka di balik dimensi manusiawi itu kerap kali politik bermain untuk menutupi kejahatan kemanusiaan”, tutur Benny dalam wawancara kepada Rakyat Kebudayaan Nusantara, RKN.

Bagi Benny, apa yang dilakukan oleh Prof. Mahfud MD ialah menjalankan politik kuasa ilahi. Politik sebagai kuasa ilahi dinilai Romo senantiasa mengatasi norma-norma hukum, norma-norma kesopanan, mengatasi kekuatan-kekuatan politik yang mencoba memanipulasi kebenaran.

“Maka dimensi kuasa ilahi itulah yang harusnya menjadi pegangan pejabat publik. Maka perdebatan komisi III dengan Prof. Mahfud harus dilihat dalam perspektif bagaimana politik itu dipakai dengan dimensi ilahi atau manusiawi. Kalau dimensi manusiawi maka selalu bertanya mengenai otoritasnya, bertanya mengenai aturan mainnya, bertanya tentang boleh dan tidaknya. Tetapi kalau politik dilihat dalam kuasa ilahi dia mengatasi kesulitan, hambatan dan dia mengungkapkan sebuah kebenaran, meskipun kebenaran itu kerap kali pait, tetapi itu adalah obat yang mujarab, kita belajar dari Walter Benjamin, belajar tentang bahasa”, jelas Benny.

Lebih lanjut, Benny menyampaikan kerap kali bahasa digunakan untuk memanipulsi kebenaran dengan diperlemahnya fakta dan data, hanya untuk kepentingan menutupi boroknya manipulasi korupsi yang sudah di ujung tanduk. Benny mengajak kepada semua pejabat publik maupun masyarakat umumnya untuk berani mengungkapkan kebenaran guna kepentingan bangsa dan negara yang lebih besar.

“Saatnyalah kita bersama-sama berani mengungkapkan dibalik sebuah kejanggalan yang terjadi dan memulainya dengan keberanian. Keberanian harus di mulai dengan politik ilahi, bukan sekedar politik manusiawi”, tutup Benny.